Bisacumlude Haloo haloo haloo haloo para generasi milenial yang cerdas dan mandirii… Jumpa lagi dalam postingan artikel kita kali ini yang tentunya bahasan pada postinngan rtikel kita kali ini, tidak akan kalah menarik dari bahasan – bahasan postingan artikel kita sebelum – sebelumnya, pada postingan artikel kita kali ini, kita akan membahas mengenai ” Sejarah Di Dalam Melakukan Perumusan Teks Proklamasi ” .. Semoga informasi yang kita sampaikan dapat bermanfaat dan tentunya dapat menambah pengetahun para pembaca… Selamat membaca…. 🙂 🙂 🙂 🙂
Perumusan Teks Proklamasi
Rombongan Soekarno setelah mengantar pulang Fatmawati dan Guntur menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1. Setelah tiba di Jl. Imam Bonjol No.1 Soekarno dan Moh. Hatta diantarkan Laksamana Maeda menemui Ginseikan Mayor Jendral Hoichi Yamamoto. Akn tetapi, Gunseikan menolak untuk menerima Soekarno Hatta pada tengah malam. Dengan ditemani oleh Maeda, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizuma serta Miyoshi sebagai penerjemah mereka pergi menemui Somucuco Mayor Jendral Otoshi Nisimura dengan maksud unntuk dapat menajajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Soekarno menyampaian bahwa akan mengadakan rapat PPKI untuk membahas persiapan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Pada pertemuan antara Soekarno – Hatta dengan Nishimura ini tidak dicapai kesepakatan. Disatu sisi pihak Soekarno – Hatta bertekad untuk dapat melangsungkan rapat PPKI yang pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 itu tidak jadi dilaksanakan dikarenakan mereka dibawa ke Rengasdengklok. Mereka menekankan kepaada Nishimura bahwa Jendral Besar Terauchi telah menyerahkan pelaksaan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada PPKI. Di lain pihak Nishimura menegaskan garis kebijakan panglima tentara ke – XVI di Jawa dengan menyerahnya tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.
Berdasarkan dari garis – garis kebijaksanaan tersebutlah Nishimura dapat melarang Soekarno – Hatta untuk dapat mengadakan rapat PPKI di dalam rangka pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sampai pada akhirnya sampailah pada suatu kesimpulan Soekarno – Hatta bahwa tidak akan ada gunanya lagi untuk terus membicarakan soal keredekaan Indonesia dengan pihak pemerintah Jepang. Merka hanya berhara pihak dari Jepang untuk supaya tidak lagi menghalang – halangi pada pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh rakyat Indonesia itu sendiri. Pada akhirnya, rombongan Soekarno segera kembali lagi ke rumah Laksamana Maeda yang berada di Jl. Imam Bonjol No.1. Sedangkan para tokoh – tokoh nasionalis sudah pada berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk dapat segera murumuskan teks proklamasi. Di rumah Laksamana Maeda inilah yang dihadiri oleh para anggota anggota PPKI, para pemimpin muda, para pemimpin – pemimpin pergerakan dam juga beberapa anggota dari Chuo Sang In yang ada di daerah Jakarta. Mereka semua berjumlah sekitar 40 sampai dengan 50 orang. Rumah Laksamanan Maeda itu dianggap aman dari kemungkinan adanya gangguan – gangguan yang akan berbuat sewenang – wenang dari anggota – anggota Rikugun atau Angkatan Darat Jepang yang hendak untuk dapat menggalkan usaha bansa Indonesia untuk dapat mengumumkan proklamasi kemerdekaannya.
Oleh karena Laksamana Maeda merupakan Kepala Perwakilan Kaigun, maka rumah Laksamana Maeda tersebut merupakan extra territorial, yang harus dihormati oleh para Rikugun. Selain itu juga Laksamana Maeda sendiri memiliki sebuah hubungan yang sangat akrab dengan para pemimpin bangsa Indonesia serta juga Laksamada Maeda sangat simpatik terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia, oleh sebab itulah Laksamana Maeda mereakan rumahnya untuk dapat menjadi tempat pertemuan para pemimpin bangsa Indonesai untuk dapat melakukan perundingan dan untuk dapat melakukan perumusan naskah ataupun perumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Setelah pada akhirnya pertemuan dengan Nishimura itu dirasa dianggap cukup, Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke rumah Laksamana Maeda. Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo, Laksamana Maeda akhirnya meminta dirinya untuk dapat beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin Indonesia untuk dapat berunding sampai puas di rumahnya. Diruang makan rumah Laksamana Maeda, pada akhirnya dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu. Ketika peristiwa perumusan naskah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia itu berlangsung Laksamana Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi yang menjadi orang kepercayaan Nishimura yang bersama dengan Sukarni, Sudiro dan B.M Diah yang menyaksikan Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”. Soekarno kemudian langsung bertanya kepada Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo “Bagaimana bunyi rancangan pada draf Undang – Undang Dasar?” kedua orang yang ditanyapun tidak ingat secara persisinya. Ahmad Subarjo kemudian menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Moh Hatta lalu kemudian menambahkan kalimat “Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya”. Soekarno menuliskan, “Jakarta, 17 – 8 – 05 wakil – wakil bangsa Indonesia”, sebagai suatu penutup. Pada akhirnya mereka semua sepakat tentang draf tersebuut. Pada pukul 04.00 WIB dini hari,Soekarno meminta persetujuan dan meminta tanda tangan kepada semua yang hadir sebagi wakil – wakil bangsa Indonesai. Para pemuda menolak dengan alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang, usul Sukarni diterima. Dengan beberapa perubahan yang telah disetujui makan konsep tersebut diserahkan kepada Sayutu Malik untuk dapat diketik.
Teks proklamasi yang hanya beberapa kalimat tersebut memiliki makna yang sangat luar biasa di dalam suatu konteks jalinan kerja masa atau sebuah persatuan yang kokoh. Kata Proklamasi” andil Bung Karno. Kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan menyatakan Kemerdekaan Indonesia” dinyatakan oleh Ahmad Subarjo. Kalimat “Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain. Diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya” andil Bung Hatta. “Atas nama Bangsa Indonesia, Soekarno – Hatta” usulan Sukarni. Demikianlah pertemuan pada dini hari itu yang mennghasilkan naskah Proklamasi. Agar seluruh rakyat Indonesia dapat mengetahuinya naskah Proklamasi tersebut harus dapat disebarluaskan. Pada akhirnya timbullah persoalan tentang bagaimana caranya naskah Proklamasi tersebut dapat disebarluaskan ke seluruh wilayah Indonesia. Pada akhirnya Sukarni mengusulkan naskah tersebut untuk dapat dibacakan di lapangan Ikada yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk dapat mendengan pembacaan naskah Proklamasi. Tetapi Soekarno tidak setuju, karena tempat itu merupakan tempat umum yang dapat memancing suatu bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Beliau sendiri yang pada akhhirnya mengusulkan agar Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Pada akhirnya usul dari Soekarno tersebut disetujui dan naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada akhirnya akan dibacakannya bersama Moh. Hatta di temapt itu pada hari Jumat pada tanggal 17 Agustus 1945 pada pukul 10.00 WIB di tengah – tengah bulan suci Ramadhan atau pada bulan puasa.
Demikianlah informasi yang dapat kita sampaikan pada postingan artikel kita kali ini dengan bahasan tentang ” Sejarah Di Dalam Melakukan Perumusan Teks Proklamasi ” … Semoga bahasan yang ada pada postingan artikel kita kali ini dapat menambah wawasan dan dapat bebrmanfaat bagi para generasi milenial yang cerdas mandiri untuk mengetahui lebih banyak informasi lainnya. Stay teruss pada postingan kami selanjutnya, tetap kunjunngi website bisacumlaude.com karena akan selalu ada materi – materi menari lainnnya… 🙂 🙂 🙂 🙂
Berikut Artikel Terkait Lainnya