Pengertian Drama : Ciri, Jenis, Unsur, Struktur & Fungsinya

Rate this post
Pengertian Drama – Drama, sebagai bentuk seni pertunjukan yang kaya akan emosi dan kreativitas, telah lama menjadi sarana untuk menyampaikan cerita, menghibur, serta merangsang pemikiran penonton. Dari panggung teater hingga layar film, drama memegang peran penting dalam membentuk budaya dan menggambarkan kehidupan manusia dalam berbagai nuansa.
Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai esensi drama, merinci unsur-unsur yang membentuknya, jenis-jenis yang menghidupkannya, serta perbedaannya dengan seni teater. Mari kita menjelajahi dunia dramatik yang menghidupkan cerita dan membiarkan emosi bersuara.
Pengertian Drama : Ciri, Jenis, Unsur, Struktur & Fungsinya

Pengertian Drama

Drama adalah bentuk seni pertunjukan yang melibatkan pementasan oleh aktor-aktor di atas panggung, biasanya dengan dialog atau skenario tertentu. Drama memiliki tujuan untuk menghibur, menginspirasi, atau menyampaikan pesan kepada penonton melalui kombinasi unsur-unsur seperti cerita, karakter, setting, dan konflik.

Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan lebih lanjut mengenai pengertian drama, unsur-unsur yang membentuk sebuah drama, serta peran pentingnya dalam seni pertunjukan. Artikel ini juga akan membahas sejarah perkembangan drama, genre-genre yang ada, dan bagaimana drama telah menjadi sarana ekspresi budaya di berbagai belahan dunia.

Pengertian Drama Menurut Para Ahli

Drama menurut para ahli di Indonesia dapat di jelaskan sebagai berikut:

  1. Sutan Takdir Alisjahbana: Drama menurut Sutan Takdir Alisjahbana adalah suatu bentuk karya seni yang menggambarkan atau menampilkan perbuatan manusia dengan segala masalah dan konfliknya dalam masyarakat.
  2. Prof. Dr. H.B. Jassin: Menurut H.B. Jassin, drama adalah bentuk sastra yang di hidupkan di atas pentas oleh aktor-aktor yang memainkan peran tertentu, dengan dialog-dialog yang di susun secara dramatis.
  3. Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Cak Nun menyatakan bahwa drama adalah suatu bentuk penyajian cerita hidup yang mengekspos dan menyajikan kehidupan manusia secara dramatik melalui adegan dan dialog.
  4. Dr. Darmanto Jatman: Darmanto Jatman mendefinisikan drama sebagai suatu bentuk seni yang menggambarkan konflik dan interaksi antara tokoh-tokoh di dalamnya, dengan konflik sebagai elemen yang memberikan dinamika kepada cerita.
  5. Prof. Dr. Taufik Abdullah: Menurut Taufik Abdullah, drama adalah bentuk sastra yang menggambarkan perbuatan manusia yang hidup dan bertindak dalam suatu masyarakat, dengan tokoh-tokoh yang memainkan peran tertentu.

Dari para ahli tersebut mencakup aspek dramatik, pementasan, konflik, dan interaksi antar tokoh dalam suatu cerita. Keseluruhan elemen tersebut mencirikan esensi dari seni pertunjukan drama dalam konteks sastra dan teater di Indonesia.

Ciri-Ciri Drama

Drama memiliki beberapa ciri-ciri khas yang membedakannya dari bentuk seni pertunjukan atau sastra lainnya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri drama:

  1. Dialog: Drama di susun melalui dialog, yaitu percakapan antar tokoh. Dialog ini menjadi sarana utama untuk mengungkapkan cerita, karakter, dan konflik dalam drama.
  2. Aksi atau Pementasan: Drama tidak hanya di tulis, tetapi juga di pentaskan di atas panggung atau media lainnya. Pementasan melibatkan aktor-aktor yang memerankan karakter-karakter dalam cerita.
  3. Tokoh-Tokoh: Drama melibatkan tokoh-tokoh dengan peran tertentu. Setiap tokoh memiliki karakter, kepribadian, dan konflik masing-masing yang berperan dalam pengembangan cerita.
  4. Konflik: Konflik adalah elemen penting dalam drama. Drama seringkali memunculkan konflik antara tokoh-tokoh yang menjadi inti dari perjalanan cerita. Konflik ini dapat bersifat internal atau eksternal.
  5. Setting atau Latar Tempat: Drama memiliki setting atau latar tempat yang menjadi panggung bagi aksi-aksi tokoh. Latar tempat ini dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan cerita.
  6. Plot: Drama memiliki alur cerita atau plot yang menggambarkan perkembangan peristiwa dari awal hingga akhir. Plot mencakup tahap-tahap seperti pengenalan, konflik, klimaks, dan penyelesaian.
  7. Tema dan Makna Mendalam: Drama seringkali menyajikan tema-tema mendalam yang mencerminkan kehidupan, nilai-nilai moral, atau dilema manusia. Makna dalam drama dapat memancing pemikiran dan emosi penonton.
  8. Tidak Terbatas pada Sastra Tertulis: Meskipun drama sering di wakili dalam bentuk naskah, pementasan drama juga dapat di sampaikan melalui media lain seperti film, televisi, atau bentuk seni pertunjukan lainnya.
  9. Mengutamakan Ekspresi dan Gestur Tubuh: Selain dialog, drama juga mengandalkan ekspresi wajah, gerak tubuh, dan gestur sebagai sarana untuk menyampaikan emosi dan pesan kepada penonton.
  10. Tujuan Menghibur dan Menginspirasi: Drama memiliki tujuan utama untuk menghibur penonton dan seringkali juga menyampaikan pesan atau inspirasi melalui cerita yang di presentasikan.
Baca Juga  Mitigasi : Pengertian , Langkah, Manfaat, Teknologi & Contohnya

Ciri-ciri ini membentuk identitas khas drama sebagai bentuk seni pertunjukan yang menggabungkan unsur sastra, pementasan, dan ekspresi visual.

Unsur-Unsur Drama

Unsur-unsur drama merupakan elemen-elemen penting yang membentuk struktur dan karakteristik dari karya seni pertunjukan tersebut. Berikut adalah beberapa unsur-unsur drama:

  1. Tokoh (Character): Tokoh adalah individu atau entitas yang memainkan peran dalam cerita. Setiap tokoh memiliki karakteristik, kepribadian, dan tujuan tertentu yang memengaruhi perkembangan plot.
  2. Dialog (Dialogue): Dialog adalah percakapan antara tokoh-tokoh dalam drama. Melalui dialog, tokoh menyampaikan pikiran, perasaan, dan informasi yang memajukan cerita serta menggambarkan hubungan antar karakter.
  3. Aksi (Action): Aksi merujuk pada tindakan atau peristiwa yang terjadi dalam cerita. Aksi ini dapat berupa tindakan fisik, emosional, atau keputusan yang diambil oleh tokoh-tokoh untuk menghadapi konflik atau situasi tertentu.
  4. Konflik (Conflict): Konflik adalah pertentangan atau hambatan yang muncul dalam cerita. Konflik dapat bersifat internal (di dalam diri tokoh) atau eksternal (dengan tokoh lain, situasi, atau lingkungan).
  5. Plot: Plot adalah alur cerita atau urutan peristiwa yang membentuk struktur dramatis. Plot melibatkan tahap-tahap seperti pengenalan, perkembangan konflik, klimaks, dan penyelesaian.
  6. Setting atau Latar (Setting): Setting atau latar adalah tempat, waktu, dan situasi di mana cerita berlangsung. Latar memberikan konteks dan suasana bagi perkembangan drama.
  7. Tematisasi (Theme): Tema adalah ide atau pesan pokok yang ingin di sampaikan melalui drama. Tema bisa mencakup nilai-nilai moral, pertentangan sosial, atau pengalaman manusia yang mendalam.
  8. Tone: Tone mencakup nuansa atau atmosfer keseluruhan drama, yang dapat menciptakan perasaan tertentu pada penonton. Tone dapat berubah sepanjang cerita dan memengaruhi cara penonton meresapi drama.
  9. Gaya Bahasa (Language Style): Gaya bahasa mencakup pemilihan kata, gaya penulisan, dan cara berbicara tokoh-tokoh. Gaya bahasa dapat menciptakan karakteristik unik untuk setiap tokoh dan membangun nuansa tertentu dalam drama.
  10. Musik dan Suara (Music and Sound): Penggunaan musik dan efek suara dapat memperkuat suasana drama. Suara, termasuk musik latar atau efek suara, dapat menekankan momen penting atau merubah mood dalam pementasan.

Kombinasi dan interaksi antara unsur-unsur tersebut menciptakan kekayaan dan kompleksitas dalam karya seni drama.

Jenis-Jenis Drama

Drama memiliki berbagai jenis yang mencerminkan ragam tema, struktur cerita, dan tujuan artistik. Berikut adalah beberapa jenis drama yang umum di temui:

  1. Drama Tragis: Drama tragis menonjolkan konflik serius dan mengeksplorasi tema penderitaan, kehancuran, atau tragedi. Tokoh-tokoh dalam drama tragis seringkali mengalami nasib buruk atau kegagalan.
  2. Drama Komedi: Drama komedi bertujuan membuat penonton tertawa. Ceritanya biasanya ringan dan penuh dengan unsur humor. Humor dapat berasal dari dialog, situasi lucu, atau konflik yang di selesaikan dengan cara yang kocak.
  3. Drama Romantis: Drama romantis fokus pada kisah cinta antara tokoh-tokoh utama. Ceritanya biasanya melibatkan elemen romantisme, konflik cinta, dan penyelesaian yang memuaskan.
  4. Drama Historis: Drama historis mengangkat cerita berdasarkan peristiwa sejarah atau masa lampau. Pengaturan waktu dan latar belakang sejarah menjadi elemen penting dalam jenis drama ini.
  5. Drama Satir: Drama satir menggunakan humor tajam dan kritik sosial untuk menyindir atau menggambarkan kelemahan manusia, masyarakat, atau institusi. Tujuannya adalah mengajukan pertanyaan kritis atau membangkitkan kesadaran sosial.
  6. Drama Psikologis: Drama psikologis mengeksplorasi konflik dan perjalanan emosional karakter. Fokusnya terletak pada keadaan psikologis, perasaan, dan motivasi tokoh-tokoh dalam cerita.
  7. Drama Naturalis: Drama naturalis mencoba menciptakan gambaran yang realistis tentang kehidupan, dengan menggambarkan karakter dan situasi seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
  8. Drama Absurd: Drama absurd mengeksplorasi ketidakberartian dan keabsurdan dalam kehidupan manusia. Ceritanya sering kali penuh dengan situasi aneh dan tidak masuk akal.
  9. Drama Farse: Drama farse di dasarkan pada situasi kocak, konflik lucu, dan kekacauan. Karakter-karakternya mungkin berada dalam situasi yang sulit atau konyol yang memicu tawa.
  10. Drama Musikal: Drama musikal menggabungkan unsur teater dan musik. Dialog di kombinasikan dengan nyanyian dan tarian untuk menyampaikan cerita.
Baca Juga  Basket : Pengertian, Teknik Dasar, Aturan & Tujuannya

Jenis-jenis drama ini memberikan keragaman dalam bentuk, tema, dan pendekatan artistik, menciptakan pengalaman yang berbeda bagi penonton.

Struktur Drama

Struktur drama mengikuti suatu pola tertentu yang memandu perkembangan cerita dan membangun ketegangan hingga mencapai puncaknya. Berikut adalah struktur umum dari sebuah drama:

  1. Pengenalan (Exposition):
    • Deskripsi Karakter dan Setting: Memperkenalkan tokoh-tokoh utama dan setting tempat dan waktu cerita.
    • Penyajian Latar Belakang: Menyampaikan informasi yang penting untuk memahami situasi awal dan konteks cerita.
  2. Pertentangan (Inciting Incident):
    • Peristiwa Pemicu Konflik: Munculnya peristiwa atau tindakan yang menciptakan konflik utama dalam cerita.
    • Motivasi Tokoh Utama: Menggambarkan motivasi tokoh utama untuk menghadapi konflik tersebut.
  3. Perkembangan (Rising Action):
    • Peningkatan Konflik: Konflik semakin berkembang dan mendalam, menyulitkan tokoh-tokoh untuk mencapai tujuan mereka.
    • Pertentangan Antar Karakter: Munculnya pertentangan antara tokoh-tokoh, memperumit situasi.
  4. Klimaks (Climax):
    • Titik Puncak Drama: Puncak ketegangan atau konflik tertinggi dalam cerita.
    • Keputusan atau Pergulatan Intensif: Tokoh-tokoh menghadapi keputusan kritis atau pergulatan yang menentukan arah cerita.
  5. Penyelesaian (Falling Action):
    • Pelembutan Konflik: Ketegangan mereda dan cerita menuju penyelesaian.
    • Penjelasan dan Klarifikasi: Menerangkan atau mengklarifikasi elemen-elemen cerita yang belum jelas.
  6. Koda atau Resolusi (Resolution):
    • Penyelesaian Akhir: Penyelesaian konflik dan penutupan cerita.
    • Pesan atau Pembelajaran: Mungkin terdapat pesan moral atau pembelajaran yang dapat di ambil dari cerita.

Struktur ini sering di sebut sebagai kurva naratif atau peta cerita, dan memberikan arah alur cerita yang membuat drama menjadi menarik. Penting untuk di catat bahwa tidak semua drama mengikuti struktur ini dengan ketat, dan ada ruang untuk variasi kreatif tergantung pada jenis dan tujuan drama tersebut.

Fungsi Drama

Drama memiliki berbagai fungsi yang mencakup aspek hiburan, edukasi, dan refleksi sosial. Berikut adalah beberapa fungsi drama:

  1. Hiburan: Drama berfungsi sebagai bentuk hiburan yang dapat menghibur penonton melalui pengalaman visual, emosional, dan intelektual. Pementasan yang menarik dan cerita yang dramatis dapat memberikan kesenangan dan kepuasan kepada penonton.
  2. Pendidikan: Drama dapat di gunakan sebagai alat pendidikan yang efektif. Melalui cerita dan pementasan, drama dapat membantu menyampaikan informasi, nilai-nilai moral, dan konsep-konsep yang dapat membentuk pemahaman dan kesadaran penonton.
  3. Ekspresi Budaya: Drama sering menjadi cermin dari budaya di mana itu di produksi. Melalui penggambaran cerita, karakter, dan konflik, drama dapat memperkaya pemahaman tentang nilai-nilai budaya, tradisi, dan identitas suatu masyarakat.
  4. Refleksi Sosial: Drama memiliki kemampuan untuk merefleksikan dan mengkritisi aspek-aspek sosial, politik, dan budaya dalam masyarakat. Drama sosial dapat memunculkan pertanyaan kritis dan membawa isu-isu penting ke perhatian penonton.
  5. Pembangunan Karakter: Baik bagi penonton maupun para aktor, drama dapat menjadi sarana untuk mengembangkan pemahaman karakter, empati, dan keterampilan interpersonal. Berperan dalam suatu drama dapat membantu pengembangan kepribadian dan kemampuan berkomunikasi.
  6. Pelatihan Keterampilan: Aktivitas drama, terutama dalam konteks teater, dapat melibatkan pelatihan keterampilan seperti kemampuan berbicara, berakting, berkolaborasi, dan mengelola emosi. Ini dapat menjadi sarana pembelajaran praktis untuk pengembangan keterampilan interpersonal dan pekerjaan tim.
  7. Rekreasi dan Pengalaman Estetika: Melalui penggunaan elemen visual, suara, dan gerak tubuh, drama dapat memberikan pengalaman estetika yang memikat. Pementasan drama, baik di atas panggung atau di layar, memberikan kesempatan untuk menikmati seni secara menyeluruh.
  8. Terapi dan Pengembangan Pribadi: Drama terkadang digunakan sebagai bentuk terapi seni untuk mengatasi masalah emosional atau kesehatan mental. Aktivitas drama dapat membantu individu mengatasi ketidakpastian, meningkatkan kepercayaan diri, dan mengungkapkan perasaan secara kreatif.
Baca Juga  Pengertian Hari Kiamat : Jenis, Tanda, Iman & Hikmahnya

Fungsi-fungsi ini menunjukkan peran penting drama dalam memengaruhi, menghibur, dan memberikan kontribusi pada berbagai aspek kehidupan manusia.

Perbedaan Drama dan Teater

Drama dan teater adalah dua konsep yang saling terkait tetapi memiliki perbedaan dalam ruang lingkup dan konteks penggunaannya. Berikut adalah perbedaan antara drama dan teater:

  1. Definisi:
    • Drama: Drama adalah suatu bentuk sastra yang mencakup cerita atau naskah yang di tulis untuk pementasan oleh aktor di atas panggung atau dalam bentuk media lainnya seperti film atau televisi.
    • Teater: Teater merujuk pada pementasan langsung atau pertunjukan dramatis yang melibatkan aktor-aktor di atas panggung. Teater mencakup aspek pementasan langsung dari sebuah drama.
  2. Media Ekspresi:
    • Drama: Drama bisa berupa tulisan atau naskah yang di hasilkan untuk di baca atau di pelajari oleh individu tanpa perlu pementasan langsung.
    • Teater: Teater melibatkan pementasan langsung di atas panggung, di mana aktor-aktor memainkan peran-peran yang telah di tulis dalam naskah drama.
  3. Format dan Media:
    • Drama: Format drama dapat berupa teks tertulis, seperti naskah atau skenario, yang dapat di baca oleh individu atau di adaptasi ke dalam berbagai bentuk media, termasuk teater.
    • Teater: Teater adalah bentuk pementasan langsung yang melibatkan aktor-aktor yang memainkan peran di depan penonton.

Meskipun drama dan teater memiliki perbedaan ini, keduanya merupakan bentuk seni pertunjukan yang saling terkait dan seringkali bergantung satu sama lain dalam menciptakan pengalaman seni yang komprehensif.

Demikianlah informasi yang telah di sampaikan pada postingan artikel kali ini dengan bahasan tentang Pengertian Drama. Semoga bahasan postingan artikel kali ini dapat menambah wawasan para generasi cerdas mandiri untuk mengetahui lebih banyak, Bagaimana contoh dari Hewan Karnivora ,Stay teruss pada postingan kami selanjutnya, Terima Kasih.

Baca Juga Artikel Lainnya :