Bisacumlude Haloo haloo haloo haloo para generasi milenial yang cerdas dan mandirii… Jumpa lagi dalam postingan artikel kita kali ini yang tentunya bahasan pada postinngan rtikel kita kali ini, tidak akan kalah menarik dari bahasan – bahasan postingan artikel kita sebelum – sebelumnya, pada postingan artikel kita kali ini, kita akan membahas mengenai ” Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying ” .. Semoga informasi yang kita sampaikan dapat bermanfaat dan tentunya dapat menambah pengetahun para pembaca… Selamat membaca…. 🙂 🙂 🙂 🙂
Latar Belakang Masalah
Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar dimana tren ini tentu menggiur banyak pengusaha untuk berbondong – bondong terjun ke dalam bisnis fashion hijab dan busana muslim. Menghadirkan beraneka ragam model pakaian terbaru yang berbeda dari persaing dengan branding yang kuat merupakan salah satu usaha bagi perusahaan untuk dapat memberikan keuntungan dalam waktu yang panjang bagi perusahaan. Keuntungan tersebut didapat dari adanya pembelian produk. Kemampuan meningkatkan pembelian produk secara terus menerus merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Sebagaimana yang marak terjadi dewasa ini, dunia pemasaran mengalami pergeseran drastis sejak pemasaran memasuki era gelombang baru (eranew wave). Pendekatan pemasaran tak lagi menyasar jenis konsumen lama, melainkan berubah ke sasaran pasar yang baru, yang mana kita kenal dengan sebutan new wave ready customers, yakni 3 subkultur utama yang menggerakan era new wave marketing ini. Tiga subkultur itu adalah youth (anak muda), woman (perempuan), dan netizen (pengguna internet).
Jika kita memerhatikan secara cermat, pergerakan perempuan belakangan ini memang tengah menjadi tren. Emansipasi wanita dapat dilihat dari berbagai peran aktif wanita pada berbagai bidang. Dewasa ini, politikus wanita sudah biasa, begitu pun dalam bidang ekonomi, wanita berperan aktif sebagai praktisi maupun sebagai partisipan penggerak ekonomi. Banyak pakar yang kemudian mengatakan bahwa peran wanita ke depannya akan semakin dominan, termasuk dalam lanskap bisnis. Perubahan ini, telah menghasilkan tantangan, peran serta pengaruh wanita dalam minat beli. Kini minat beli cenderung dilakukan oleh wanita, baik wanita mandiri yang menggunakan pendapatannya sendiri, maupun ibu rumah tangga yang mengelola keuangan rumah tangganya.
Peluang ini yang juga dimanfaatkan oleh Elzatta, khususnya dalam ekspansi pasar yang dilakukan di Lampung dengan membuka Galeri Elzatta Lampung.Galeri Elzatta Lampung beralamat di Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.24, Rajabasa, Kedaton, Kota Bandar Lampung, Lampung, 35144.Galeri Elzatta Lampung dibuka guna memenuhi kebutuhan wanita muslimah akan fashion dengan desain khas Elzatta dan corak warna yang menarik dan model-model busana muslim yang elegan sesuai target pasarnya yaitu wanita karir dan kalangan menengah ke atas.Berbagai fasilitas yang ditawarkan Elzatta sebagai usaha untuk menyenangkan konsumen, telah mendorong konsumen untuk melakukan pembelian secara tidak terencana atau pembelian impulsif.
Menurut Lee (2008) menyatakan bahwa pembeli impulsif memiliki aktivasi emosional yang lebih besar dibandingkan non – pembeli impulsif dan menunjukkan jauh lebih antusias dalam melakukan pembelian. Menurut Maymand (2011) yang menyatakan bahwa pembelian impulsif di definisikan sebagai perilaku yang rumit, spontan, tiba-tiba dalam prosedur pengambilan keputusan. Kang (2013) menyatakan bahwa impulse buying memiliki tiga karakteristik, termasuk (1) yang tidak direncanakan sebelum membeli; (2) yang tidak perlu pada saat ini; (3) singkat waktu untuk membuat keputusan. Keterlibatan akan fashion dapat membuat sesorang tanpa sadar dalam melakukan pembelian secara impulsif, hal ini di karenakan pengaruh dari gaya hidup yang semakin tinggi serta semakin banyaknya merek-merek serta butik – butik fashion yang terus menjamur.
Adapun indikator dalam impulse buying ini menurut Engel (1995) dalam Japarianto dan Sugiharto (2011) yaitu; 1) Spontanitas, pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan. 2) Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. 3) Kegairahan dan stimulasi, adanya desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan,” atau “ liar.” 4) Ketidakpedulian akan akibat, dimana desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.
Fenomena yang terjadi pada Galeri Elzatta Bandar Lampung yang mengakui bahwa 50% hasil penjualannya merupakan penjualan impulsive yang dimana dilihat dari fenomena yang ada bahwa Galeri Elzatta Bandar Lampung sering mebuka both – both promo akan produknya dan seringnya menjadi sponsor pada suatu event – event .
Dalam hasil wawancara pada pengunjung yang merasa tidak melakukan impulse buying ditemui masalah pada indikator ketidakpedulian akan akibat pada impulvr buying, bahwa 70% dari mereka masih memiliki ketakutan akan dampak negatif dari belanja dadakan (impulse buying). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat usaha yang kurang maksimal pada Galeri Elzatta Lampung dalam menciptakan stimulus yang mampu meningkatkan impulse buying konsumen pada produk-produk Elzatta di mata konsumen.
Hal yang berkaitan dengan stimulus yang mampu menciptakan impulse buying tersebut adalah fashion involvement. Sebagaimana menurut penampilan O’Cass, (2004) dalam Chusniasari (2015) Involvement adalah minat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulusatau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri. Sedangkan menurut Zaichkowsky dalam Japarianto dan Sugiharto (2011), involvement didefinisikan sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek berdasarkan kebutuhan, nilai, danketertarikan. Begitu pula dengan fashion, banyak wanita terlibat dengan fashion, menghabiskan waktu dan uang untuk gaya terbaru. Fashion involvement digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian,dan karakteristik konsumen (Park, 2005). O’Cass (2004) menemukan bahwa fashion involvement pada pakaian berhubungan sangat erat dengan karakteristik pribadi (yaitu wanita dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang mana pada gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di dalam membuat keputusan pembelian.
Involvement merupakan minat atau bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri penampilan. Selama involvement meningkatkan produk, konsumen akan memperhatikan perkembangan yang berhubungan dengan merek produk tersebut, memberikan lebih banyak upaya untuk memfokuskan perhatian pada informasi produk yang terkait di dalamnya, di sisi lain, seseorang mungkin tidak akan mau repot untuk memperhatikan informasi yang diterima. Pakaian sangat terkait dengan keterlibatan ke karakteristik pribadi (yakni wanita) dan pengetahuan tentang fashion, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Selain itu, hubungan yang positif antara tingkat keterlibatan dan mode pembelian pakaian adalah konsumen dengan high fahion involvement lebih menyukai kepada pembelian pakaian. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa konsumen dengan higher fashion involvement lebih menyukai menggunakan fashion oriented impulse buying. Sebagaimana hasil penelitian Chusniasari (2015) yang menemukan bahwa fasion involvement memiliki pengaruh positif signifikan terhadap impulse buying.
Menurut O’Cass, (2004) dalam Chusniasari (2015) terdapat delapan indikator yangdigunakan untuk mengukur fashion involvement sebagai berikut: (1) Mempunyaisatu atau lebih pakaian dengan model yang terbaru (trend). (2) Fashion adalah satu halpenting yang mendukung aktifitas. (3) Lebih suka apabila model pakaian yang digunakanberbeda dengan yang lain. (4) Pakaian menunjukkan karakteristik. (5) Dapat mengetahuibanyak tentang seseorang dengan pakaian yang digunakan. (6) Ketika memakai pakaianfavorit, membuat orang lain tertarik melihatnya. (7) Mencoba produk fashion terlebih dahulusebelum membelinya. (8) Mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan dengan oranglain.
Terdapat masalah pada beberapa indikator fashion involvement pengunjung Galeri Elzatta Lampungsetelah dilakukan wawancara singkat, wanita-wanita yang berkunjung ke Galeri Elzatta Lampung menyatakan bahwa lebih menyukai bila model pakaian yang digunakan berbeda dengan yang lain, agar tampil lebih menonjol namun tetap Syar’i. dan Galeri Elzatta Lampung dirasa masih kurang memenuhi kebutuhan itu. Sedangkan lainnya menyatakan bahwa mereka tidak selalu mengikuti perkembangan tren fashion sehingga ini menjadi masalah pada infikator terakhir fashion involvement dimana pengetahuan fashion terbaru lebih baik dibanding orang lain merupakan suatu motivasi yang penting dalam melakukan impulse buying. Kedua masalah ini jika terus dibiarkan akan berdampak pada penurunan yang akan terus berlanjut pada Galeri Elzatta Lampung. Maka Galeri Elzatta Lampung perlu mengatasinya salah satunya dengan lebih inovatif dalam menciptakan tren fashion busana muslimah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH FASHION INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING PADA GALERI ELZATTA LAMPUNG”.
Demikianlah informasi yang dapat kita sampaikan pada postingan artikel kita kali ini dengan bahasan tentang ” Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying ” … Semoga bahasan yang ada pada postingan artikel kita kali ini dapat menambah wawasan dan dapat bebrmanfaat bagi para generasi milenial yang cerdas mandiri untuk mengetahui lebih banyak informasi lainnya. Stay teruss pada postingan kami selanjutnya, tetap kunjunngi website bisacumlaude.com karena akan selalu ada materi – materi menari lainnnya… 🙂 🙂 🙂 🙂
Berikut Artikel Terkait Lainnya
- Profesi dan Organisasi Profesi
- Memahami Loyalitas Merek dan Citra Merek
- Memahami Komunitas Merek Dalam Ilmu Manajemen Pemasaran
- Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi
- Pengaruh Citra Merek dan Komunitas Merek Terhadap Loyalitas Merek
- Memahami Teori Positioning Market
- Analisis Posisi Terhadap Persepsi Konsumen